Selasa, 15 Juli 2008

Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas Sebanding dengan Sepertiga Al-Quran

Disebutkan dalam hadits shahih, yang artinya:

“Dari Abu Sa’id al-Khudhri, bahwasanya ada orang mendengar seseorang membaca ‘qul huwallahu Ahad’, dan diulang-ulang. Pada keesokan harinya, ia mendatangi Rasulullah dan melaporkannya, seakan ia menganggap remeh. Maka Rasulullah bersabda: ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an’ “. (Shahih Bukhari, no.5013).

“Dari Abu Sa’id, ia berkata, ‘Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, ‘Apakah salah seorang dari kalian mampu untuk membaca sepertiga al-Qur’an dalam satu malam?’. Maka hal ini memberatkan mereka, mereka bertanya: ‘Siapakah diantara kami yang mampu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah pun bersabda: ‘Allahul-wahidus shamad adalah sepertiga Al-Qur’an’ “. (Shahih al-Bukhari no.5015).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Maksudnya ialah, bahwa al-Qur’an diturunkan menjadi tiga bagian, sepertiga bagian adalah hukum-hukum, sepertiga berisi janji dan ancaman, dan sepertiga bagiannya terdiri nama dan sifat Allah; dan surat ini mengumpulkan antara nama dan sifat-sifat (Allah)”. (Jawab ‘alil-Ilmi wal-Iman, hlm. 113).

Syaikhul islam juga berkata: “Apabila (qul huwallahu ahad) sebanding dengan sepertiga al-Qur’an, bukan berarti ia lebih utama dari al-Fatihah; dan tidak pula mencukupkan diri membaca al-Qur’an dengan membacanya sebanyak tiga kali. Akan tetapi, apabila dibaca (qul huwallahu ahad) terpisah sebanyak tiga kali atau lebih dari itu, maka pembacanya mendapatkan pahala yang sebanding dengan sepertiga al-Qur’an, namun perbandingan sesuatu bukannya dari jenisnya”. (Jawab ‘alil-Ilmi wal-Iman, hal. 133, 134).

Ketika surat ini dibaca saat me-ruqyah, didapatkan adanya perbedaan pegaruh yang ditimbulkan antara satu orang dengan yang lain tidak sama, yang ini berpengaruh dan yang lainnya tidak ada pengaruhnya. Dalam ini Syaikhul Islam berkata: “Tidaklah (qul huwallahu ahad) setiap orang bermanfaat untuk setiap orang”. (jawab ‘alil-Ilmi wal-Iman, hal. 141).

Syaikh ‘Abdurrazaq menjelaskan, “Sungguh ada perbedaan pengaruh bacaan yang dibaca, walau surat yang dibaca sama, karena adanya pengaruh hati si pembaca dari kejujuran, keikhlasan, penghayatan, keyakinan, harapan dan kekhusyu’an…” (Ustadz Mu’tasim).

Disadur dari rubrik Adzkar Majalah As-Sunnah Edisi Juni 2008.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda